Apa sebenarnya perbedaan antara cerita silat jaman sekarang dengan cerita silat tahun 1960-an ? Apakah yang seharusnya menjadi perhatian para penulis cerita silat untuk dapat menarik perhatian generasi pembaca baru ? Benarkah cerita silat adalah produk jadul yang hanya akan menjadi bacaan nostalgia bagi kalangan tertentu ?
Bandingkan ini dengan kisah silat tahun 1960-an yang membuat penonton seperti melihat panggung pertunjukkan. Sang tokoh utama seperti seorang pendekar super, tidak bercacat dan tanpa masalah pribadi. Perbandingan ini tampak jelas sekali pada kisah-kisah superhero barat sebagai contoh Spiderman dan Superman. Jika anda menonton Spiderman dan Superman buatan awal tahun 1980-an (yang berdasarkan komik-komik mereka tahun 1970-an) akan terlihat mereka bagaikan tanpa masalah pribadi. Mereka hanya perlu bertarung dengan para penjahat dan ketegangan kisah muncul dari pertarungan tersebut. Bandingkan dengan Spiderman 1&2 serta Superman Returns, tokoh superheronya jadi terlihat sangat manusiawi. Peter Parker sang Spiderman harus menghadapi kesulitan uang, masalah cintanya dengan Mary Jane dan juga masalah bibi May. Superman juga sama, dihajar habis-habisan oleh Lex Luthor dan harus menerima kenyataan
Pembaca jaman sekarang juga memerlukan tokoh yang secara emosi dekat dengan kehidupan mereka, bukan tokoh super tanpa masalah. Ini yang harus ditangkap oleh para penulis kisah silat sekarang. Pendekar yang tanpa tanding dan tanpa masalah hanya akan membuat pembaca merasa “jauh”. Pendekar super sakti adalah produk tahun 1960-an bukan tahun 2000-an, itu yang harus diingat oleh penulis kisah silat jaman sekarang.
Apakah sebenarnya yang dimaksudkan dengan plot cerita yang “twist” itu ? Secara umum mungkin bisa dijelaskan bahwa yang dimaksud “twist” di sini adalah sebuah kejutan, sebuah hal yang tidak diperkirakan pembaca sama sekali. Lalu apakah kisah dengan plot “twist” seperti ini adalah mutlak di jaman sekarang, termasuk untuk kisah silat ? Jawabnya ya.
Kisah “twist” yang paling menghebohkan dalam sejarah perfilman muncul dalam cerita Star War : The Empire Strikes Back. Pada akhir kisah, Hans Solo kalah dan dibekukan, sedangkan Luke Skywalker harus kehilangan sebelah tangannya dan menerima kenyataan bahwa ….. Darth Vader adalah ayah kandungnya ! Publik Amerika kontan heboh dan tidak sabar menantikan kisah lanjutannya Return of The Jedi. Inilah salah satu sebab serial Star War begitu laku dan masuk dalam box office sepanjang masa. Sebuah “twist ending” alias akhir yang mengejutkan, mengagetkan dan membuat penonton ternganga tidak percaya. Tren plot yang mengejutkan ini terus berkembang selama 20 tahun dan kembali meledak dalam film Sixth Sense. Akhir film yang benar-benar mengejutkan penonton membuat Sixth Sense masuk jajaran box office dengan penghasilan di atas 350 juta dolar !
Dalam dunia perfilman
Novel Agatha Christie umumnya memakai plot “twist” tapi ada tiga yang paling terkenal : Murder of Roger Ackroyd, Murder on The Orient Express dan Ten Little Indians. Jika anda sudah pernah membaca ketiga novel ini, anda pasti akan setuju dengan saya bahwa ending kisah ketiganya benar-benar mengejutkan dan tidak terduga sama sekali. Novel Harry Potter yang kini sudah mencapai buku keenam juga memakai resep plot kejutan. Musuh utama tetap sama Lord Voldermort, tapi cara pertemuan dan pertarungan tiap buku selalu menghadirkan kejutan yang luar biasa. Itulah salah satu alasan mengapa buku Harry Potter begitu meledak, bukan karena pembaca ingin tahu tentang sihir.
Lalu apakah kisah silat ada yang menggunakan plot kejutan seperti ini ? Kisah silat karangan Jin Yung tercatat ada dua yang menggunakan plot seperti ini : Tien Lung Pa Pu dan Siao Ao Jiang Hu. Sementara novel Gu Lung hampir semuanya menggunakan pola cerita misteri namun sayang sekali tidak begitu ada plot kejutan karena lebih ke arah cerita detektif dan pengejaran. Pencarian siapa pembunuh dan apa motif di balik pembunuhan hanya menghadirkan rasa penasaran, bukan keterkejutan pembaca.
Jadi apakah kisah silat jaman sekarang harus mengikuti resep plot kejutan ? Rasa-rasanya memang iya. Film Hero yang disutradai Chang Yi Mou sudah mengikuti resep seperti ini, demikian juga House of The Flying Dagger. Cerita yang cerdas, membingungkan, mengejutkan dan membuat penonton berpikir tampaknya adalah resep cerita tahun 2000-an. Hal itu berlaku untuk semua cerita bahkan termasuk kisah silat sendiri.
No comments:
Post a Comment